Judul di atas koq terdengar ngga nyambung yah?... Kalo ngga nyambung yuk kita sambung (Jaka Sembung makan bambu rebung, kalo ngga nyambung yah disambung…)
Mungkin Anda sudah mendengar di radio, membaca di koran-koran, atau melihat aksi bocah kecil di televisi. Kehebatan bocah ajaib yang bernama lengkap Muhammad Ponari ini terbilang fenomenal. Bayangkan, keluarga miskin yang hidup di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang tiba-tiba saja pamornya meroket bak meteor Garden. Lebih fenomenal dari goyang ngebornya Inul. Ponari, bocah yang baru duduk di kelas III SDN Balongsari ini diyakini memilki kekuatan super dapat mengobati berbagai macam penyakit. Itulah sebabnya banyak para pasien berduyun-duyun mendatangi rumahnya untuk berobat. Kesaktian Ponari menyembuhkan penyakit telah mengundang perhatian sekaligus menjadi harapan kesembuhan bagi pasien hingga dari luar pulau Jawa. Bahkan aktivis sekaligus Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) Seto Mulyadi, rela berkunjung menemui Ponari sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan yang minimpa pada diri bocah ajaib itu.
Mistik
Kemampuan Ponari untuk menyembuhkan penyakit rupanya bukan isapan jempol. Bocah pendiam ini memiliki kekuatan tenaga dalam yang besar. Menurut peneliti kesehatan tradisional Prof Dr dr Hariyadi Soeprapto, pada diri Ponari dirasakan adanya kekuatan menyelimuti bocah itu. “Anak ini punya power, tapi kekuatan dari dirinya sendiri hanya kecil. Kekuatan yang besar adalah kekuatan yang masuk dalam dirinya,” ujar Hariyadi setelah mendeteksi "kekuatan" Ponari melalui foto pada Kamis. Untuk mendeteksi kekuatan Ponari, Prof Hariyadi yang dikenal punya daya linuwih ini menggunakan media cincin dan benang yang ia jadikan sebagai pendulum.
Lebih lanjut, perintis Museum Kesehatan Surabaya (yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan) ini mengatakan bahwa kekuatan penyembuhan Ponari adalah pada kekuatan tenaga dalam tiban dan bukan kekuatan elektrik yang dihasilkan oleh petir.
“Kekuatan itu sebenarnya sudah lama masuk dalam diri Ponari, tapi mungkin ada tambahan kekuatan. Jika disebut-sebut karena terkena petir, bisa saja energi dari petir itu hanya sebagai tambahan,” kata Hariyadi.
Namun, sebagai tenaga dalam tiban, kekuatan pada diri Ponari saat ini bisa saja sewaktu-waktu keluar. “Dia (Ponari) sebenarnya juga tidak sadar akan adanya kekuatan itu dalam dirinya. Kalau kekuatan itu keluar, ya dia tidak punya kekuatan apa-apa lagi,” kata Prof Hariyadi.
Yang mengkhawatirkan, menurut Hariyadi, kekuatan besar pada diri Ponari sebenarnya adalah kekuatan negatif. “Kekuatan yang keras dan kasar bisa saja digunakan untuk santet,” tutur Hariyadi.
Namun, untungnya, kekuatan tersebut selama ini digunakan untuk keperluan penyembuhan penyakit. “Kasihan sebenarnya dia (Ponari). Suatu saat dia bisa dikendalikan oleh kekuatan itu,” papar pria yang memperoleh gelar profesor sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) karena penelitiannya selama di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Bagi Hariyadi, fenomena pengobatan yang dilakukan Ponari tidak bisa hanya dianalisis dari sisi ilmiah. Semua orang seharusnya lebih bijaksana menghadapi fenomena Ponari ini, termasuk di dalamnya kemungkinan adanya kekuatan gaib pada diri Ponari yang tidak bisa dijelaskan dengan akal.
“Ini bukan sekadar ilmu logika. Harus diakui bahwa masyarakat yang berduyun-duyun ke praktik Ponari melihat hal ini dari sisi kegunaan, dari sisi aksiologinya saja. Mereka tak butuh penjelasan ilmiah, mereka hanya ingin sembuh,” ujar Hariyadi.
Batu Bertuah
Ditilik dari batu yang digunakan Ponari untuk menyembuhakan penyakit, ada beberapa kemungkinan. “Dari bahan batunya, bisa saja dia memiliki kandungan kimia yang bermanfaat, misalnya kalium atau mineral. Namun, ini harus diteliti dulu,” ujar Hariyadi yang getol meneliti pengobatan alternatif ini.
Jika batunya memang memiliki kandungan demikian, masyarakat yang punya keluhan penyakit karena kekurangan mineral, misalnya, tentu bisa terbantu.
Kemungkinan lain, batu yang digunakan untuk pengobatan memiliki kandungan radiasi, misalnya uranium.
Namun, kata dia, bisa jadi juga ada kekuatan magis pada batu itu. Ini disebut radiesthesia atau radioestesia - suatu kekuatan parapsikologis untuk mendeteksi "radiasi" atau aura dalam badan manusia. “Untuk mengetahui kekuatan itu hanya bisa melalui rasa,” ujar Hariyadi.
Tersiar kabar yang beredar menyebutkan, bahwa batu milik Ponari dihuni makhluk gaib bernama Rono. Hal yang sama juga dialami oleh seorang bocah perempuan yang bernama Dewi Setiawati, yang entah kebetulan masih tetangga desa Ponari, yaitu di Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang. Batu milik Dewi ini dihuni makhluk gaib perempuan bernama Rani, dan keduanya bersaudara. Baik Ponari maupun Dewi memiliki kemampuan yang sama yaitu dapat menyembuhkan penyakit.
Lha, koq larinya ke Internet Sehat?... oh, tentu ada korelasinya. Begini lho… waktu aku nonton di televisi terlihat dengan jelas bagaimana reaksi pasien-pasien ketika mengetahui praktek Ponari dihentikan. Mereka (pasien-pasien ini) rupanya terlanjur percaya tentang kesaktian Ponari. Dan mempercayai air yang berasal dari rumah Ponari juga mengandung tuah dapat mengobati penyakit. Air kumuh dan kotor yang keluar dari rumah Ponari itu diambil oleh masyarakat, lalu diusap-usapkan pada tubuh pasien. Bahkan ada juga yang meminumnya. Parahnya lagi, setelah air kotor tersebut habis, merekapun mengais lumpur yang berada di parit dekat rumah Ponari, lalu membasuhkan ke tubuh-tubuh pasien.
Sangat ironis…. bagaimana mungkin air kotor dapat menyembuhkan penyakit?
"Saya melihat ini sebagai bentuk tidak rasional. Di mana keampuhan batu petir itu belum bisa dibuktikan secara medis," kata anggota Majelis Himpunan Psikolog Indonesia DKI Jakarta, Lukman Saroso Sriamin.
Memperhatikan kondisi masyarakat yang demikian, lantas siapa yang bertanggung jawab? Pemda setempatkah? Atau Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan?
Prilaku masyarakat yang irasional tersebut bisa jadi lantaran biaya pengobatan rumah sakit dan pelayanan dokter kurang maksimal sehingga membuat masyarakat emoh untuk berobat, dan mereka lebih suka memilih alternatif pengobatan yang lebih murah costnya.
Menurutku, kita pun ikut bertanggung jawab. Setidaknya, dengan adanya Internet Sehat sudah sepantasnya Anda-Anda yang memiliki kemampuan baik dari segi disiplin ilmu maupun materi ikut peduli, memberikan penerangan kepada masyarakat melalui pendekatan-pendekatan yang elegan dan simpatik. Masyarakat perlu tahu tentang hidup sehat yang rasional, bukan hidup sehat yang irasional dimana klenik dan mistik masih dominan sebagai “rumah sakit” favorit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya